Mengenal Lebih Dekat Bullying (Perundungan) Bersama Promkes RSUD Kapuas Dalam Hari Kesehatan Mental Sedunia Tahun 2023
KUALA KAPUAS – RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui promosi kesehatan di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) kembali mengudara di frekuensi 91,4 FM yang beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Selat Hilir, Kecamatan Selat, yang mana pada kesempatan kali ini memberikan informasi dan edukasi kesehatan dari narasumber yakni dr. Safira Amira Tjandrasari, Sp.KJ (K) bersama Koordinator Unit Promkes RSUD Kapuas, Popo Subroto, SKM, M.I.Kom., mengulas tentang Mengenal Lebih Dekat Bullying (Perundungan), pada Hari Selasa, 10 Oktober 2023.
dr. Safira Amira Tjandrasari, Sp.KJ (K) yang bertugas sebagai Dokter Sub Spesialis Kedokteran Jiwa Psikiatri Anak dan Remaja, dan juga sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan UPF Jiwa di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, menjelaskan edukasi kesehatan ini bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia Tahun 2023 yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan agar masyarakat peduli akan kesehatan mental dan jiwanya serta meningkatkan kesadaran tentang bahaya bullying bagi anak dan remaja.
Dijelaskan beliau, Bullying adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali dgn menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan utk menyakiti korban scr mental, fisik maupun seksual. Ancaman yg dilakukan sekali saja, tapi jika membuat korbannya merasa ketakutan secara permanen, juga merupakan bullying.
Pada periode tahun 2016-2020 < 480 Anak kasus bullying terbanyak. Data KPA 1 pada tahun 2022 tercatat 226 kasus kekerasan,fisik,psikis dan bulliying. Berdasarkan penelitian di luar negeri 40-80% anak usia sekolah mengalami bullying, 10-15% kemungkinan adalah korban atau pelaku, 60% siswa SD dan SMP menyatakan bahwa bullying merupakan sesuatu masalah besar yang mempengaruhi kehidupan mereka dan menyatakan sering khawatir menjadi korban kekerasan dan pelecehan di sekolah dibandingkan ketika mereka menuju sekolah atau pulang sekolah. Berdasarkan penelitian di Indonesia 31,8% bullying, 77,3% bullying non verbal, 40,1% bullying verbal, dan 36,1% bullying fisik.
Penelitian th 2008 thd 1500 pelajar SMP dan SMA di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya: 67% mengaku di sekolah mereka pernah terjadi bullying. Pelakunya kakak kelas, teman, adik kelas, guru, kepala sekolah hingga preman sekolah. Data Komnas Perlindungan Anak th 2009: 98 kasus kekerasan fisik, 108 kekerasan seksual dan 176 kekerasan psikis.
“Kasus bullying pada anak merupakan fenomena gunung es, dimana kasus yang mencuat terlihat sedikit, namun faktanya sangat banyak, membakar, terwariskan dari generasi ke generasi. Jika kalian pernah melakukan atau merasakan ejekan, permusuhan, atau pukulan, artinya kalian telah menjadi pelaku atau bahkan menjadi korban bullying atau perundungan”, ujarnya.
Adapun jenis-jenis bullying antara lain Bentuk Fisik seperti memukul, menampar, memalak, mendorong, mencubit, dan mencakar, Bentuk Verbal yaitu memaki, memfitnah, mengejek, mengancam, Bersifat Psikologis mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan dan mendiskriminasi, Bulliying Relasional adlaah Segala bentuk tindakan untuk mengasingkan seseorang dari sekelompoknya, Sexual Bulliying seperti tindakan berulang dan berbahaya yang menargetkan seseorang secara seksual, dan Cyber Bulliying : antara lain segala bentuk tindakan yang dapat menyakiti orang lain dengan media elektronik.
Ditambahkan beliau, konsekuensi bullying dimana anak muda yang menjadi korban memiliki kecenderungan lebih besar untuk bunuh diri, depresi, trauma dan penyalahgunaan obat, Anak baik yang menjadi pelaku atau korban cenderung mengembangkan sikap bermusuhan dibandingkan dengan anak lain yang cenderung menunjukkan gejala diabetes dan serangan di masa depannya, Anak yg di masa kecilnya menjadi pelaku dan menunjukkan perilaku buruk di sekolah seperti merokok dan menggunakan obat- obatan di masa depannya.
Tempat bullying dapat terjadi di Sekolah, Di Lingkungan sekitar, maupun di Keluarga / Rumah. Tindakan Bullying bisa terjadi karena adanya kesempatan untuk terjadinya bullying, Adanya anak yang merasa dominan atau memiliki harga diri/konsep diri yang rendah di sekolah dan memiliki karakter agresif, bisa disebabkan krn pengalaman atau pola asuh keluarga yang kurang sesuai, Minimnya pengawasan dan rendahnya kepedulian sekolah terhadap perilaku siswa- siswinya, Lingkungan sekolah yang mendukung tumbuh suburnya premanisme di sekolah, Misalnya: geng/kelompok yang tidak terorganisir dan tidak mempunyai tujuan yang jelas.
Karakteristik pelaku bullying antara lain agresif terhadap orang lain termasuk guru dan orang tua, Secara fisik lebih kuat, secara sosial dominan dan berusaha untuk menguasai orang lain, Memiliki pandangan positif terhadap agresivitas, Memiliki masalah dalam mentaati peraturan, Hanya peduli dengan keinginannya sendiri, Sulit melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, Menunjukkan sedikit empati, Secara emosional mudah marah dan tersinggung, Perilakunya tidak bertanggung jawab (semaunya sendiri), Mencari perhatian, dan Pola perilakunya impulsif, agresif, intimidatif dan suka memukul.
dr. Safira begitu beliau disapa menjelaskan penyebab anak melakukan bullying adalah mendorong rasa percaya diri dengan menganggap orang lain tidak ada artinya, adanya perasaan memiliki kekuasaan atau kendali, ekspresi dari kekecewaan karena menjadi korban pelecehan (kemarahan, sakit hati dan balas dendam), kebutuhan akan kasih sayang, spiritual dan perkembangan yang tidak terpenuhi, tidak memiliki figur teladan dan mudah dipengaruhi orang lain, pernah menjadi korban bullying, dan frustasi, serta Conduct Disorder atau gangguan emosi berperilaku agresif atau tidak mau mengikuti aturan.
Karakteristik Anak Korban Bullying yaitu biasanya secara fisik kurus atau terlalu gemuk, Pendiam, Memiliki kelainan fisik, Memiliki budaya atau agama yang berbeda, Memiliki perbedaan selera, Salah/tdk mengikuti trend, Lemah dalam konsep diri dan tidak memiliki kekuatan untuk membela diri, Provokatif, sering memancing amarah.
Ciri-ciri Anak yang Menjadi Korban Bullying antara lain Menjadi lebih mudah dan sering menangis, Menjadi lebih sering menyendiri dan menarik diri dari pertemanan, Menghindar dari sekolah dgn berbagai alasan, Menunjukkan gesture cemas, takut dan terancam, Menjadi merasa lebih nyaman dan lekat dengan orang yg lebih dewasa atau orangtuanya, Menjadi lebih agresif dan sering mencari-cari masalah.
Dampak Bullying Bagi Pelaku yaitu tidak bisa konsentrasi belajar karena pikirannya lebih banyak untuk mengincar dan merencanakan tindakan berikutnya, Bagi Korban dapat menurunkan intensitas pergi ke sekolah karena merasa cemas dan takut akan menjadi korban, Bagi Saksi membuat takut akan menjadi korban berikutnya dan merasa bersalah karena tidak dapat melakukan apa-apa.
Dampak Korban yang alami seperti merasa menderita, mogok/malas datang ke sekolah, kehilangan kepercayaan dan konsep diri, Menyalahkan diri sendiri atas kejadian bullying yang sudah terjadi, Kehilangan konsentrasi belajar, Menunjukkan gejala stres, dan Membahayakan kehidupan mereka sampai mengarah pada kematian.
Intervensi bullying bagi sekolah membutuhkan kerjasama antara manajemen, sekolah, guru siswa, orangtua dan karyawan penunjang sekolah utk mengembangkan strategi, kebijakan dan program yg efektif utk merangsang kesukesan dan rasa aman bagi semua siswa. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 pasal 54 dijelaskan bahwa Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.
“Intervensi Bullying Bagi Individu dapat menjadikan anak lebih asertif, menjadikan anak didik pribadi yang memiliki rasa percaya diri dan konsep diri yang positif, merangsang kemampuan sosialisasi anak didik, katakan pada pelaku untuk segera menghentikan perilakunya, dan memberikan pendampingan pada anak korban bullying untuk mengurangi dampak psikologis yang ditimbulkan,” pungkasnya menutup edukasi kesehatan mental sedunia di radio. (PromkesRSUDKps/Popo Subroto, SKM, M.I.Kom)