RSUD Kapuas Lakukan Penyuluhan Kesehatan tentang Hari Osteoporosis di Radio Siaran Pemda 91,4 FM
KUALA KAPUAS – RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) kembali mengudara di frekuensi 91,4 FM yang beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Selat Hilir, Kecamatan Selat, yang mana pada kesempatan kali ini memberikan informasi dan edukasi dari narasumber yakni dr. Erny Indrawati bersama Pengelola Promkes RSUD Kapuas, Popo Subroto, SKM mengulas tentang Hari Osteoporosis pada Kamis, 27 Oktober 2022.
dr. Erny yang bertugas sebagai Dokter Umum Madya dan penanggung jawab Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, menjelaskan Peringatan Hari Osteoporosis diperingati setiap tanggal 20 Oktober. Beliau mengatakan AYO MELANGKAH UNTUK TULANG YANG SEHAT “ STEP UP FOR BONE HEALTH “ merupakan tema peringatan Hari Osteoporosis Sedunia (World Osteoporosis Day/ WOD) tahun 2022. Dari tema tersebut, mengajak kita untuk lebih aktif melangkah, untuk mendapatkan tulang yang sehat dan kuat di usia lanjut. Selain itu bertujuan mendorong masyarakat di seluruh dunia untuk memeriksakan kepadatan tulang dan status kesehatan tulang secara teratur, terutama orang-orang berusia di atas 50 tahun.
Dijelaskan lagi bahwa pengertian osteoporosis pada orang awam sering menyebutnya dengan tulang keropos. Merupakan suatu kelainan tulang yang ditandai oleh berkurangnya kepadatan tulang, akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Biasanya tidak ada gejala apapun yang dirasakan oleh pasien (karena kerusakan tulang terjadi sedikit demi sedikit selama bertahun-tahun) , kecuali bila terjadi patah tulang, yang disebabkan oleh jatuh ringan, terbentur, bersin, batuk, atau gerakan tiba-tiba, baru pasien merasa nyeri. Kondisi ini banyak dialami oleh lansia. Serta menjadi penyebab utama patah tulang pada lansia (lanjut usia).
Berdasarkan sejarahnya, sebelum tahun 1994 osteoporosis tidak dianggap sebagai sebagai penyakit utama. Pada tanggal 20 Oktober 1996, merupakan peringatan pertama Hari Osteoporosis Sedunia yang dimulai di Inggris, oleh Perhimpunan Osteoporosis Nasional Inggris yang bekerjasama dengan Komisi Eropa. Tahun 1997, Internasional Osteoporosis Foundation (IOF) menyelenggarakan World Osteoporosis Day. Tahun 1998, dua organisasi tersebut yaitu Perhimpunan Osteoporosis Nasional Inggris dan Internasional Osteoporosis Foundation, membuat komitmen bersama untuk mengedukasi masyarakat tentang osteoporosis dalam satu payung tunggal. Tahun 1999, WHO dan IOF mensponsori peringatan Hari Osteoporosis Sedunia dengan tema “Deteksi Dini“. Sejak saat itu, IOF mengambil alih sebagian besar kepemimpinan dalam menyeponsori kegiatan-kegiatan.
Faktor penyebab osteoporosis atau faktor risiko terjadinya Osteoporosis dibagi 2, yaitu Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain usia lanjut, jenis kelamin (terutama perempuan), riwayat keluarga dengan osteoporosis. selanjutnya Faktor yang dapat diubah seperti gaya hidup tidak sehat (kurang gerak, tingkat aktivitas fisik yang rendah), konsumsi alkohol, kekurangan vitamin D dan kalsium, berat badan yang kurang, konsumsi minuman bersoda yang berlebihan, konsumsi obat-obatan tertentu (terkadang obat-obatan ini tidak dapat dihentikan karena dibutuhkan untuk mengatasi penyakit lain, misalnya obat-obatan golongan kortikosteroid yang diperlukan pada penyakit-penyakit autoimun).
Osteoporosis tidak memberi gejala apapun, sampai tiba-tiba pasien mengalami patah tulang, baru menimbulkan rasa nyeri. Patah tulang yang terjadi tidak seharusnya terjadi pada tulang normal. Contoh kasus, misalnya pada orang tua yang panggulnya terbentur meja lantas timbul nyeri yang tidak hilang-hilang bila menggerakkan kaki, setelah dilakukan foto ronsen tampak patah tulang pada pangkal paha (di seluruh dunia, lebih dari 9 juta patah tulang terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh Osteoporosis. Lokasi patah tulang yang sering terjadi adalah pada tulang panggul, pergelangan tangan, dan tulang punggung).
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita Osteoporosis diperlukan pemeriksaan densitas massa tulang (kepadatan tulang) dengan alat yang disebut densitometry sentral. Alat ini dapat mengukur kepadatan massa tulang di daerah tulang belakang, panggul, dan lengan bawah. Pemeriksaan lain dengan bone marker (penanda tulang) dalam darah. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk memantau keberhasilan terapi. Osteoporosis adalah penyebab utama patah tulang pada usia lanjut, sehingga jumlah penderita osteoporosis akan semakin meningkat dengan meningkatnya angka harapan hidup di seluruh dunia. Dilihat dari prevalensinya, 1 dari 2 perempuan dan 1 dari 4 pria mengalami osteoporosis pada usia diatas 50 tahun.
Komplikasi tersering yang dialami penderita osteoporosis adalah patah tulang, akibat dari patah tulang maka pasien menjadi sulit bergerak karena nyeri, maka pasien memilih posisi yang nyaman untuk mengurangi rasa nyeri tersebut, akibatnya pada daerah tersebut dapat timbul luka karena tekanan (pressure ulcer/ ulkus dekubitus), gangguan saluran pernafasan, terjadi infeksi pada saluran pernafasan karena pasien berbaring terus menerus, yang dapat menyebabkan sepsis (infeksi seluruh tubuh). Hingga kematian, merupakan komplikasi terfatal. Hal ini dikarenakan adanya sepsis yang dapat terjadi karena ulkus dekubitus dan infeksi saluran pernafasan. Pengobatan Osteoporosis sering tidak memuaskan karena belum ada terapi yang mampu membentuk (merestorasi) massa tulang yang hilang dengan sempurna. Jika telah terjadi patah tulang maka diperlukan tindakan pembedahan (operasi).
Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain, dengan memodifikasi gaya hidup dengan memperbaiki asupan makanan, tambahkan asupan kalsium, tambahan asupan vitamin D, hindari rokok, alkohol, dan minuman bersoda. Olahraga secara teratur untuk memperkuat tulang dan meningkatkan kekuatan otot, misalnya dengan latihan fisik menggunakan beban, Menghindari faktor-faktor yang memungkinkan jatuh, misalnya kurangnya pencahayaan, lantai licin, dan sebagainya.
“Penyakit osteoporosis terjadi tanpa gejala terutama pada usia lanjut dan terbanyak dialami oleh kaum perempuan (kaum pria juga), dan Pencegahan merupakan hal terpenting untuk mencegah terjadinya patah tulang,”pungkasnya mengakhiri penyuluhan kesehatan di Radio Siaran Pemerintah Daerah. (Penulis: PromkesRSUDKps/dr.Erny Indrawati/Popo Subroto, SKM)