Edukasi Melalui Podcast Kesehatan RSUD Kapuas di Radio Bahas Tentang Bagaimana Persiapan Pasien Sebelum Pemeriksaan Laboratorium Di Rumah Sakit
KUALA KAPUAS – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) kembali mengudara di frekuensi 98,1 FM yang beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Selat Hilir, Kecamatan Selat, memberikan informasi dan edukasi kesehatan dari narasumber yakni, Dwi Widjajanti, SST, selaku Kepala Instalasi Laboratorium, bersama dr. Alvin Hartanto Kurniawan, Sp.PK selaku Dokter Spesialis Patologi Klinik, dan didampingi Popo Subroto, SKM, M.I.Kom, selaku Koordinator Unit Promkes RS, serta ditemani Penyiar Radio Diskominfo Kab. Kapuas, Joni Setiawan, dan M. Nasrullah, mengulas tentang Bagaimana Persiapan Pasien Sebelum Pemeriksaan Laboratorium Di Rumah Sakit, pada hari Rabu (26/11/2025).
Ibu Dwi begitu beliau disapa, menjelaskan bahwa tujuan pemeriksaan laboratorium adalah skrining / mendeteksi penyakit tertentu, menegakkan diagnosis, memantau perkembangan penyakit, dan pemantauan terapi. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan laboratorium memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan medis sehingga diperlukan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan akurat. Hasil pemeriksaan yang tidak akurat atau tepat dapat menyebabkan diagnosis tidak terdiagnosis dengan benar dan berujung pada penanganan medis yang kurang tepat pula. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat adalah dikarenakan persiapan pemeriksaan yang kurang optimal.

dr. Alvin menambahkan secara garis besar, pemeriksaan laboratorium terdiri dari 3 hal, yaitu pra-analitik (sebelum spesimen biologis dari pasien diperiksa), analitik (spesimen diperiksa), dan post analitik (setelah spesimen diperiksa. Sekitar 90% dari kesalahan laboratorium disebabkan oleh pra-analitik. Analoginya, misal paling gampang memasak, peralatan masaknya sudah lengkap, yang masak juga sudah ahli, tetapi kalau bahan yang digunakan untuk memasak kualitas tidak baik misalnya sayur basi, telur busuk, gula atau garam kualitas jelek, maka sebagus apapun peralatan dan ahli masaknya, hasilnya akan jelek.
Hal yang sama juga pada pemeriksaan laboratorium, sebaik apapun alatnya, para tenaga laboratorium yang memeriksa, tetapi bila persiapan pasien itu kurang tepat, maka hasil pemeriksaan laboratorium dapat kurang optimal sehingga persiapan pasien memiliki peranan penting sekali dalam pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan yang memerlukan perhatian khusus untuk dipersiapkan sebelum spesimen diambil. Ada dua pemeriksaan yang cukup menjadi perhatian, yang pertama adalah kimia klinik seperti glukosa darah, profil lipid seperti kolesterol, dan profil besi. Pemeriksaan kedua yang perlu diperhatikan adalah pemeriksaan urinalisis.

Persiapan pemeriksaan glukosa, profil lipid, dan profil besi, yaitu Pasien harus puasa. Puasa yang dianjurkan adalah minimal selama 10 jam sampai 12 jam. Selama puasa, pasien tidak diperbolehkan makan dan minum, kecuali air putih. Hindari merokok, makan permen karet, minum kopi dan teh. Jangan melakukan aktivitas berat seperti berolahraga sebelum pengambilan darah. Pengambilan darah sebaiknya dilakukan pagi hari.
Pasien harus melakukan puasa karena kandungan pada makanan bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan. Sebagai contoh, kalau misalnya pasien baru minum teh manis dan makan gorengan, maka gula darahnya bisa terlihat meningkat, padahal mungkin saja seharusnya normal karena gula dari teh manis tersebut, sedangkan gorengan akan menaikkan kadar trigliserida dan kolesterol total, sehingga puasa dilakukan harapannya adalah menghilangkan pengaruh dari makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi hasil. Gula biasanya hilang pengaruhnya mulai 8 jam, sedangkan kolesterol mulai hilang pengaruhnya dari diet mulai 10 jam. Oleh karena itu, disarankan puasa antara 10 – 12 jam dengan tujuan menghilangkan pengaruh dari makanan terutama untuk pemeriksaan gula darah, lemak, dan profil besi.
“Puasa tidak boleh mengkonsumsi makanan apapun, termasuk kopi, teh, makanan ringan, karena dapat mempengaruhi hasil yang disebabkan peningkatan dari makanan-makanan tersebut. Hanya air putih yang boleh tetap dikonsumsi, karena tidak mengandung makronutrien (gula atau lemak) yang dapat mempengaruhi hasil,” ujarnya.

Pasien tidak boleh melakukan aktivitas berat atau merokok karena merokok dan aktivitas berat seperti olahraga tidak disarankan untuk dilakukan sebelum pemeriksaan laboratorium. Alasan kedua hal ini dilarang adalah karena dapat mempengaruhi hasil laboratorium seperti glukosa dan lemak. Merokok dapat meningkatkan glukosa darah, begitu juga dengan kolesterol, dimana nikotin jelas akan mengganggu metabolism lemak sehingga memberikan gambaran profil lemak yang lebih buruk daripada hasil tanpa merokok.
Aktivitas berat jelas akan mempengaruhi hasil pemeriksaan glukosa dan lemak. Aktivitas berat akan mendorong peningkatan glukosa dan lemak karena pada saat aktivitas berat seperti contohnya lari pagi, maka tubuh akan memerlukan energi, sedangkan kondisi tubuh sedang puasa, tetapi tubuh memerlukan energi supaya bisa memenuhi kebutuhan saat lari. Tubuh akan mendapat gula dari pemecahan glikogen sedangkan begitu juga dengan asam lemak bebas. Efek dari aktivitas berat sama seperti merokok maka hasil profil gula darah dan lemak akan meningkat.
Terkait batasan lama puasa yang disarankan antara 8-12 jam untuk glukosa darah, sedangkan untuk profil lipid adalah 10 sampai 14 jam. Jadi lama puasa paling baik sebelum pemeriksaan adalah 10 sampai 12 jam, maksimal adalah 14 jam. Mengapa 14 jam, karena tujuan berpuasa adalah menghilangkan faktor-faktor dari makanan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium, akan tetapi, tubuh tetap memerlukan sumber energi untuk menjaga tubuh kita, sehingga seperti pada aktivitas berat, mulai terjadi pemecahan glikogen dan asam lemak bebas sehingga kalau sudah 14 jam kemungkinan terjadinya hasil laboratorium pada profil gula darah dan profil lemak berpotensi mengalami kenaikan.

Puasa yang dianjurkan adalah puasa malam hari dan diambil pada pagi hari. Alasan dilakukan puasa pada saat malam hari dan pengambilan darah pada pagi hari karena pada saat malam hari, tubuh tidak melakukan aktivitas, hanya istirahat / tidur, sedangkan pada saat puasa pagi sampai sore, tubuh ini dipengaruhi berbagai aktivitas mulai dari yang ringan sampai berat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas jelas akan mempengaruhi karena tubuh memerlukan energi meskipun dalam kondisi puasa sehingga hasil puasa pagi sampai sore bisa meningkatkan kadar profil gula darah dan lemak. Hasil terbaik adalah bila puasa 10 – 12 jam dan dilakukan pada saat malam hari, dilanjutkan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium pada pagi hari.
Perlukah menghentikan obat sebelum pemeriksaan laboratorium karena pemeriksaan laboratorium ada 2 fungsi terkait terapi, yakni diagnosis dan pemantauan. Pada saat awal diagnosis, obat-obatan yang mempengaruhi hasil sebaiknya dihentikan, sebagai contoh pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas akut, biasanya diberikan obat golongan steroid, dimana dapat meningkatkan kadar gula darah sehingga sebaiknya dihentikan sebelum pemeriksaan dilakukan. Fungsi kedua adalah pemantauan terapi, dimana hasil pemeriksaan laboratorium akan sangat menentukan apakah terapi yang telah diberikan adekuat atau tidak. Pada hasil pemeriksaan pemantauan, sebenarnya tidak perlu menghentikan obat. Obat tetap diminum seperti hari biasa, sebagai contoh pada pasien dengan terapi obat kolesterol maka obat diminum seperti biasa setiap malam sehingga dapat diketahui hasil pemeriksaan kolesterol apakah telah turun secara adekuat atau tidak. Hasil pemeriksaan kolesterol yang belum turun secara adekuat akan memerlukan dosis mungkin yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pada pemantauan terapi bila obat dihentikan maka hasil laboratorium akan selalu tetap tinggi. Hasil yang tetap tinggi akan menunjukkan bahwa terapi yang diberikan tidak adekuat. Hal ini cukup merepotkan pada pasien diabetes melitus misalnya, pasien sudah diberikan obat penurun gula, tetapi karena tidak diminum saat diperiksakan, maka target gula darah tidak tercapai, maka dokter yang merawat bisa meningkatkan dosis dimana akan meningkatkan risiko efek samping gula yang rendah.
Hal yang perlu dipersiapkan dari pemeriksaan urine, antara lain sebelum dilakukan pemeriksaan urine, harus dilakukan pembersihan pada lubang keluarnya urine. Kalau laki-laki belum khitan, maka harus ditarik kulitnya, kemudian dibersihkan. Untuk wanita maka labia atau kulit sekitar lubang keluarnya urine harus dibuka, kemudian dibersihkan terlebih dahulu. Kedua, setelah dibersihkan, maka urine harus dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian urine selanjutnya yang ditampung. Ini juga perlu diperhatikan. Jadi urine pertama dikeluarkan, tetapi tanpa menghentikan urine yang keluar, wadah langsung menampung urine yang keluar. Jadi bukan urine pertama keluar, kemudian menahan, baru urine selanjutnya, tetapi urine pertama keluar, tanpa menahan atau menghentikan, wadah langsung menampung. Memang jadinya sedikit basah, tetapi setelah ditutup, dapat dibersihkan. Ini dua hal yang perlu diperhatikan dalam penampungan spesimen urine, area sekitar lubang harus dibersihkan dan urine yang ditampung tidak perlu ditahan setelah urine pancaran pertama keluar.
Kalau daerah sekitar lubang tidak dibersihkan atau urine dihentikan pancarannya maka akan risiko terjadinya kontaminasi bakteri flora normal di sana. Kontaminasi bakteri ini bisa menyebabkan gambaran seperti infeksi saluran kemih. Infeksi ini jelas akan diberikan antibiotik yang tidak bermanfaat karena mungkin pasien sebenarnya dalam kondisi sehat, tetapi mengalami kontaminasi. Kedua, akan terjadi kontaminasi epitel atau jaringan-jaringan dari kulit. Hal itu bisa mengganggu gambaran pemeriksaan, bisa menutupi gambaran-gambaran penting pada saat pemeriksaan urine melalui mikroskop. Epitel karena ukurannya yang besar bisa menutup gambaran sel darah merah, putih, silinder, ataupun kristal. Padahal, komponen yang tertutupi ini penting dalam mendiagnosis kelainan sistem ginjal.
“Kesimpulan yang dapat dipetik, terkait persiapan pasien sebelum pemeriksaan laboratorium dilakukan agar mendapat hasil pemeriksaan yang akurat dan optimal. Persiapan yang tidak tepat akan mengakibatkan hasil yang kurang optimal dan dapat mempengaruhi diagnosis maupun terapi. Persiapan untuk pemeriksaan profil gula darah, lemak, dan besi, harus melakukan puasa antara 10 – 12 jam. Selama puasa tidak boleh makan / minum kecuali minum air putih saja. Selama puasa jangan merokok maupun aktivitas berat karena dapat mempengaruhi hasil. Puasa sebaiknya jangan lebih dari 14 jam dan dilakukan pada saat malam hari istirahat. Persiapan untuk melakukan pemeriksaan urine adalah prosedur yang tepat dengan cara membersihkan terlebih dahulu daerah sekitar lubang keluarnya urine kemudian urine pertama dikeluarkan, langsung tanpa menghentikan urine yang keluar, wadah menampung urine. Hal ini agar meminimalkan kontaminasi bakteri yang ada pada sekitar lubang keluarnya urine ataupun jaringan kulit yang bisa mengganggu pandangan saat pemeriksaan di mikroskop,” akhir kata beliau menutup edukasi kesehatan. (PromkesRSUDKps)
