Mengenal Dan Mengatasi Kesehatan Mental Emosional Di Tempat Kerja Bersama Promkes RSUD Di Radio Pemda Kapuas
KUALA KAPUAS – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) kembali mengudara di frekuensi 98,1 FM yang beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Selat Hilir, Kecamatan Selat, yang mana pada kesempatan kali ini memberikan informasi dan edukasi kesehatan dari narasumber yakni, dr. Safira Amira Tjandrasari, Sp.KJ (K), selaku Kepala SMF Kesehatan Jiwa, didampingi Popo Subroto, SKM, M.I.Kom, selaku Koordinator Unit Promkes RSUD Kapuas, dan ditemani Penyiar Radio Diskominfo Kab. Kapuas, M. Nasrullah, mengulas tentang Mengatasi dan Mengenal Kesehatan Mental Emosional Di Tempat Kerja Bersama Promkes RSUD Di Radio Pemda Kapuas, pada Hari Kamis (17/10/2024).
dr. Safira, SpKJ (K) yang bertugas sebagai Dokter Sub Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Anak dan Remaja di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, menjelaskan bahwa Kesehatan mental emosional adalah kondisi kesehatan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengekspresikan emosi dan perasaan pada diri sendiri maupun orang lain. Kesehatan mental emosional mencakup pemahaman yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan dalam mengatasi stress, dan menjaga relasi dengan orang lain. Kesehatan mental emosional merupakan hal yang mendasar bagi kesehatan mental secara keseluruhan.
Sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, sosial, spiritual dan religi. Menurut Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari fisik/badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis sehingga ketika kita sehat mental emosional akan meningkatkan produktivitas di berbagai lingkungan termasuk di tempat kerja. Dunia kerja memberikan resiko bagi pekerja untuk mengalami gangguan mental emosional dan suatu gangguan mental emosional bisa terjadi pada berbagai lingkungan. Menurut WHO bahwa 60% penduduk dunia adalah pekerja, dan dalam berbagai penelitian mengatakan bahwa tempat kerja merupakan salah satu sumber stres, disebut sebagai stres psikososial.
Kesehatan mental emosional menjadi penting di tempat kerja karena dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya, meningkatkan produktivitas dan kinerja, mengurangi ketidakhadiran/absen, meningkatkan keterlibatan dalam sosial dan ketahanan, memudahkan dalam memanajemen keselamatan dan resiko pekerja serta dapat meningkatkan reputasi organisasi atau tempat kerja tersebut. Stress adalah kondisi pada individu terkait ketegangan, tekanan, tuntutan, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, dan sebagainya. Stressor atau aspek psikososial bersumber dari berbagai lingkungan termasuk di tempat maupun di luar tempat kerja. Stress dan aspek psikososial yang berdampak baik disebut eustress, sedangkan stress dan aspek psikososial yang berdampak negatif disebut distress.
“Penyebab gangguan mental emosional disebabkan berbagai faktor, seperti Aspek biologi seperti sistem otak yang memiliki resiko mengalami gangguan, ketidak seimbangan neurotransmitter, faktor genetik, kondisi penyakit fisik yang mempengaruhi sistem otak/organik, trauma atau cedera pada kepala dan lain sebagainya. Aspek psikologis, seperti kerentanan pribadi seseorang terhadap stress yang dihadapi. Aspek sosial, adalah stress stress yang dihadapi di lingkungan tempat dia bekerja (psikososial), serta Aspek spiritual dan religi, adalah masalah yang terkait dengan keyakinan terhadap Tuhan dan agamanya,” ucap beliau.
Sehat jiwa tidak hanya masalah psikologis saja, namun juga masalah fisiknya. Gangguan di tempat kerja dapat berupa gangguan fisik dan atau atau gangguan mental emosional. Penyebab gangguan kesehatan mental di tempat kerja, misalnya Beban kerja yang terlalu berat, pekerjaan 2 orang yang dilakukan 1 orang, Bukan bidangnya yang dikerjakan, Target pekerjaan yang terlalu tinggi, Jam kerja yang Panjang, dan Jadwal kerja yang tidak sesuai.
Selanjutnya, dr. Safira begitu beliau disapa menambahkan bahwa tanda-tanda yang dapat mengindikasikan seseorang mengalami masalah/gangguan kesehatan mental emosional, seperti Perubahan perilaku dan kinerja seperti malas, sering sakit, sering absen, sering salah melakukan pekerjaan, Tekanan emosional seperti kecemasan, gejala depresi, ketakutan pada suatu sebab yang tidak jelas, Gangguan gejala fisik, seperti : asam lambung menigkat (maag), gerd, pusing yang bekelanjutan, mudah Lelah, jantung berdebar, sulit mengingat, sulit konsentrasi. Isolasi/penarikan diri secara sosial, seperti malas bergaul, menyendiri, sulit bekerjasama, Meningkatnya perilaku berisiko, seperti narkoba, judi online, kecanduan video porno. Putus asa atau bicara negatif tentang dirinya sendiri (persepsi negatif) yang dapat mempengaruhi produktifitas, kinerja dan kualitas hidup, dan Perubahan dalam penampilan/kebersihan diri: performa diri berubah, tidak rapi, jorok, sembarangan.
Gejala yang muncul pada gangguan mental emosional dapat berupa, Gangguan fisik, seperti Keringat berlebih, jantung berdebar, lemes, mudah lelah, otot kaku/nyeri, pusing kepala, diare, sembelit, Gangguan emosional seperti perasaan menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, kecemasan, curiga terhadap orang lain, mudah bosan, depresi. Gejala yang paling sering terjadi adalah gangguan fisik, kecemasan dan depresi. Gangguan kognitif: sering lupa, konsentrasi menurun, sulit mengingat, sulit mengambil keputusan, sulit memilih. Gangguan perilaku berupa gangguan tidur, nafsu makan menurun/berlebih, ceroboh, tergesa gesa dalam bekerja, menarik diri, menghindari interaksi dengan rekan kerja lainnya, meningkatnya perilaku beresiko seperti merokok, alkohol maupun narkotika lainnya.
Cara mengatasi gangguan kesehatan emosional di tempat kerja yaitu dapat dilakukan dengan mencari dukungan yang berasal dari keluarga, rekan kerja, dan support system lainnya. Bergaul dengan orang-orang yang mampu memberikan motivasi yang positif. memiliki optimisme yang tinggi, menjauhi rekan kerja yang toxic, mencari sahabat atau rekan kerja yang dapat diajak berbagi cerita (curhat), tidak memendam saat memiliki masalah. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia, seperti mengoptimalkan potensi diri, memperdayakan secara optimal sarana yang kita miliki, Berlatih merawat diri dengan baik, seperti menjaga kesehatan, manajemen stress, PHBS, mencari bantuan bila mengalami hendaya dalam bekerja dan pengobatan secara professional. Tetapkan Batasan diri sendiri, seperti berpikiran positif, bekerja sesuai kemampuan secara optimal, terus mau belajar. Berkomunikasi dengan baik dengan mengkomunikasikan kebutuhan yang diperlukan. Mendidik diri sendiri, seperti motivasi diri yang positif, memelihara harapan yang baik. Saling menjaga / memperhatikan seperti saling berempati, menjaga tali silaturahmi, memperkuat hubungan dengan rekan kerja yang baik, serta Meningkatkan ibadah sesuai dengan keyakinan masing masing.
Menangani gangguan kesehatan mental emosional adalah upaya kolaboratif. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memprioritaskan kesehatan mental, maka individu dapat bekerjasama untuk mengatasi tantangan ini secara efektif dan optimal. Tindakan utama adalah preventif dan promotif, setelah itu kuratif dan rehabilitatif. Dalam Langkah preventif dan promotif, WHO memiliki program seperti memberikan pemahaman kesehatan mental terhadap manajemen dan seluruh staf perusahaan. Harus ada advokasi dari manajemen dan pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan/skill. Perilaku health life style untuk Kesehatan fisik dan mengelola kesehatan mental di masyarakat. Diadakannya deteksi dini atau skrining terhadap kesehatan mental emosional secara berkala pada awal, pertengahan dan akhir masa bekerja di organisasi atau perusahaan tersebut. Hal ini sama halnya dilakukan untuk menskrining kesehatan fisik dengan MCU seperti periksa Lab, rontgen, EKG atau lainnya.
Cara meningkatkan kesehatan mental di tempat kerja yaitu dengan cara menumbuhkan budaya kerja yang positif, Menyediakan sumber daya dan dukungan kesehatan mental, Mempromosikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, Mengurangi stigma seputar kesehatan mental, Menyediakan pelatihan untuk para manajer, Mendorong kesejahteraan fisik, Pengaturan kerja yang fleksibel, Mengakui dan menghargai karyawan, Membuat tujuan yang jelas dan realistis, Menawarkan program bantuan karyawan (EAP), Menilai dan mengatasi pemicu stress di tempat kerja secara teratur, serta melakukan skrining/deteksi dini secara berkala, dan Mengakomodasikan kebutuhan individu.
Manfaat pemeriksaan kesehatan mental dan emosional secara berkala adalah Mencegah terjadinya suatu gangguan mental emosional, Mengurangi angka kesakitan dengan kuratif/pengobatan, Mengurangi angka kecacatan dengan rehabilitatif, Meningkatkan kepedulian, keterikatan, kebersamaan antara manajemen dan para pekerja, dan Meningkatkan pencapaian produktivitas dan kinerja yg optimal.
Pada sesi tanya jawab dijelaskan, tujuan dari kesadaran kesehatan mental yaitu untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan kinerja suatu perusahan atau organisasi. Faktor resiko terkait pekerjaan yang dapat membahayakan kesehatan mental ada dua, antara lain, Faktor internal yaitu kerentanan biologi dan psikologi pekerja, dan Faktor eksternal yaitu faktor lingkungan (sikap atasan yang tidak peduli, otoriter, kurang empati), team work (rekan kerja , kurang role model) , lingkungan yg toksik (beban kerja, target kerja, jam kerja, jadwal kerja yang tidak sesuai).
Tujuan menilai dan mengatasi stress di tempat kerja (skrining/deteksi dini) secara teratur di tempat kerja berguna untuk meningkatkan produktifitas, kinerja, meningkatkan ketahanan dan keterlibatan/peran di tempat kerja. Hal yang dapat dilakukan para pekerja dalam mencari dukungan agar dapat mengatasi masalah atau gangguan mental emosional di tempat kerja yaitu dengan dukungan dalam keluarga, rekan kerja, keterbukaan, bergaul dengan orang-orang yang optimis, memiliki motivasi yang tinggi, menjauhi rekan kerja yang toxic, mencari rekan kerja/sahabat yang bisa saling curhat.
Cara mengelola stress kerja untuk mencegah gangguan kesehatan mental di tempat kerja dengan cara Menumbuhkan budaya kerja yang positif, menyediakan sumber daya dan dukungan kesehatan mental, mengurangi stigma Keswa, mendorong kesejahteraan fisik, pengaturan kerja yang fleksibel , mengakui dan menghargai pekerjaan, memiliki tujuan yang realistik, menawarkan program bantuan, menilai dan mengatasi pemicu stres, serta mengakomodasi kebutuhan individu. Menjaga kesehatan mental kita di tempat kerja tetap stabil dan tidak membawa permasalahan dari rumah tangga ke tempat instansi kita bekerja dapat dilakukan dengan memilah permasalahan yang cukup ditangani di rumah dan tidak membawanya ke tempat bekerja, serta memilah sahabat atau rekan di kantor yang meberikan dampak positif sehingga dapat dipercaya dan membantu mengatasi permasalahan terkait mental emosional.
“Memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja bukan hanya sebuah keharusan moral, tetapi juga merupakan investasi strategis. Dengan membina lingkungan yang mendukung dan inklusif menawarkan sumber daya dan dukungan, serta mengurangi stigma, organisasi dapat membantu menciptakan tempat kerja yang mendorong kesejahteraan dan produktivitas. Dengan mengenali tanda tanda gangguan kesehatan mental di tempat kerja dan mengatasinya dengan baik dan optimal akan mempengaruhi produktivitas dan kinerja pekerja. kesehatan mental yang dihargai dan diperhatikan akan menghasilkan peningkatan keterlibatan, ketahanan dan kesuksesan pekerja secara keseluruhan. Para pekerja perlu didukung, dipahami dan diberdayakan untuk memprioritaskan kesejahteraan mereka untuk bersama sama membangun tenaga kerja yang lebih sehat, kuat, dan tangguh menghadapi masa depan yang lebih baik,” akhir kata beliau menutup edukasi di radio. (PromkesRSUDKps)