Peringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2024 Poliklinik Jiwa Berikan Penyuluhan Kesehatan dan Berbagi Makanan Sehat Kepada Pasien
KUALA KAPUAS – Pada Hari Kamis, 10 Oktober 2024 Pukul 09.00 WIB, bertempat di Ruang Tunggu Pasien Poliklinik Rawat Jalan Paviliun RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas dilaksanakan Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2024 yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober setiap tahunnya, diberikan edukasi kesehatan oleh dr. Safira Amira Tjandrasari, Sp.KJ (K) (Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Anak dan Remaja), beserta Tim Perawat Poliklinik Jiwa RSUD Kapuas.
Pada kesempatan ini, Tim Kesehatan Jiwa dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas selain memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya dengan tema sehat jiwa modal kerja untuk produktif, juga membagi-bagikan makanan sehat berupa buah-buahan untuk para pengunjung yang hadir dan mengikuti jalannya kegiatan di ruang tunggu paviliun.
dr. Safira begitu beliau disapa menjelaskan bahwa Dunia Kerja memiliki risiko bagi para pekerja untuk mengalami gangguan Jiwa/ Mental Emotional. Suatu Masalah / Gangguan mental emosional bisa terjadi pada berbagai lingkungan. Gangguan mental emosional, menurut WHO bahwa 60 % penduduk dunia adalah Pekerja, dimana dalam berbagai penelitian mengatakan bahwa tempat kerja adalah sebagai sumber stress yang disebut dengan Stres Psikososial antara lain di tempat kerja.
“Penyebab gangguan mental emosional disebabkan oleh berbagai faktor , yaitu Aspek Biologi, Aspek Psikologis, Aspek sosial, Aspek Spiritual dan religi. Sehat menurut WHO adalah sehat secara fisik, mental, sosial, spiritual dan religi serta spiritual. Sehat jiwa tidak hanya masalah psikologinya saja , namun juga masalah fisiknya. Gangguan di tempat kerja bisa berupa gangguan fisik atau gangguan mental emosional,” ujarnya.
Stres adalah suatu kondisi pada diri individu terkait ketegangan, tekanan, tuntutan, kekecewaan, kemarahan, dan lain lain. Stressor (aspek psikososial) dapat bersumber dari berbagai tempat termasuk tempat kerja dan di luar tempat kerja. Aspek psikososial yang berdampak positif disebut Eustress, dan Aspek psikososial yang berdampak negatif akan menjadi bahaya psikososial (Distress). Pengaruh resiko psikososial terhadap fisik dan psikologis pekerja pada tempat kerja. Terlepas dari apakah seseorang memiliki gangguan mental atau tidak, ternyata dapat memberikan dampak terhadap peningkatan/penurunan kondisi mental pekerja. Distres di tempat kerja, gangguan mental yang umumnya ditemukan adalah depresi dan kecemasan.
Pekerja berhak atas lingkungan yang aman dan sehat yg dpt melindungi mental, merupakan hak mendasar dan mengurangi konflik & ketegangan, meningkatkan retensi, kinerja dan produktivitas. Pekerjaan yang layak mendukung kesehatan mental yang baik dgn menyediakan Mata pencaharian, Rasa percaya diri, tujuan hidup dan prestasi, serta Hubungan yang positif dan inklusi dlm komunitas. Sebaliknya kurangnya struktur dukungan yang efektif dalam kondisi mental akan mempengaruhi pekerja menikmati pekerjaannya, melakukan dgn baik,mengurangi kehadiran bahkan menghentikan seseorang mendapatkan pekerjaan.
Penyebab Kesehatan Mental di Tempat Kerja, antara lain Beban yang terlalu berat, pekerjaan 2 orang dilakukan oleh 1 orang, Bukan bidangnya yang dikerjakan, Target pekerjaan yang terlalu tinggi, dan Jam kerja yang panjang, atau overload Jadwal kerja yang tidak sesuai.
Kesehatan Mental Penting di Tempat Kerja perlu dilakukan karena berguna untuk Meningkatkan Kesejahteraan karyawan, Meningkatkan dan kinerja, Mengurangi ketidakhadiran, Meningkatkan keterlibatan dan retensi, Meningkatkan Manajemen keselamatan dan risiko, serta Mempengaruhi Budaya dan reputasi organisasi.
Cara Meningkatkan Kesehatan Mental di Tempat Kerja dapat dilakukan dengan Menumbuhkan budaya kerja yang positif, Menyediakan sumber daya dan dukungan kesehatan mental, Mempromosikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, Mengurangi stigma seputar kesehatan mental, Menyediakan pelatihan untuk para manajer, Mendorong kesejahteraan fisik, Pengaturan kerja yang fleksibel, Mengakui dan menghargai karyawan, Membuat tujuan yang jelas dan realistis, Menawarkan program bantuan karyawan, Menilai dan mengatasi pemicu stress di tempat kerja secara teratur, dan Mengakomodasikan kebutuhan individu.
Tanda yang dapat mengindikasikan seseorang sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya, dimana Perubahan perilaku dan kinerja; malas, sering sakit, sering absen, Tekanan emosional; cemas, depresi,takut, Gejala fisik; as lambung, pusing, lelah, jantung berdebar, nyeri Gerd, Isolasi atau penarikan diri secara sosial, malas bergaul, Meningkatnya penggunaan narkoba; perilaku berisiko, Mengekspresikan keputusasaan atau pembicaraan diri yang negative,mempengaruhi produktivitas, kinerja dan kualitas hidup, dan Perubahan yang nyata dalam penampilan atau kebersihan pribadi serta performa diri.
Keluhan dan gejala distress pada pekerja dapat berupa Aspek fisiologis seperti keringat berlebih, otot kaku/nyeri, cepat lelah, pusing kepala, Aspek emosional seperti curiga terhadap orang lain,merasa bosan, mudah tersinggung, kecemasan, depresi, Aspek kognitif seperti sering lupa, konsentrasi menurun, kemampuan berpikir berkurang, dan Aspek perilaku seperti sulit tidur, menarik diri,suka menyendiri, tergesa-gesa, perilaku tidak sehat meningkat seperti merokok, dan alkohol.
Cara menangani masalah kesehatan mental di tempat kerja dapat dilakukan dengan Mencari dukungan, Memanfaatkan sumber daya yang tersedia, Berlatihlah merawat diri sendiri, menjaga kesehatan, Tetapkan batasan, berpikir positif, Komunikasikan kebutuhan anda, Mendidik diri sendiri, Saling menjaga/perhatian, serta Meningkatkan ibadah.
Menangani masalah kesehatan mental di tempat kerja adalah upaya kolaboratif. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memprioritaskan kesehatan mental, pemberi kerja dan individu dapat bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini secara efektif. Menangani masalah kesehatan mental di tempat kerja adalah upaya kolaboratif.
“Memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja bukan hanya sebuah keharusan moral, tetapi juga merupakan investasi strategis. Dengan membina lingkungan yang mendukung dan inklusif menawarkan sumber daya dan dukungan, serta mengurangi stigma, organisasi dapat membantu menciptakan tempat kerja yang mendorong kesejahteraan dan produktivitas. Ketika kesehatan mental karyawan dihargai, mereka lebih mungkin untuk berkembang, yang menghasilkan peningkatan keterlibatan, retensi, dan kesuksesan secara keseluruhan. Mari berkomitmen untuk menjadikan kesehatan mental sebagai prioritas di tempat kerja, memastikan bahwa karyawan merasa didukung, dipahami, dan diberdayakan untuk memprioritaskan kesejahteraan mereka. Bersama sama, kita dapat membangun tenaga kerja yang lebih sehat dan tangguh untuk masa depan yang lebih cerah,” akhir kata beliau menutup edukasi kesehatan di RSUD Kapuas. (PromkesRSUDKps)