Edukasi Kesehatan Di Radio Pemda Kapuas Dengan Tema Mengatasi Penyakit Diare
KUALA KAPUAS – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) kembali mengudara di frekuensi 91,4 FM yang beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Selat Hilir, Kecamatan Selat, yang mana pada kesempatan kali ini memberikan informasi dan edukasi kesehatan dari narasumber yakni, dr. Erny Indrawati, selaku Ketua Pokja Komunikasi dan Edukasi (KE), didampingi Popo Subroto, SKM, M.I.Kom, selaku Koordinator Unit Promkes RSUD Kapuas, dan dipandu Penyiar Radio Diskominfo Kab. Kapuas, Ibu Nessa, Ibu Wulan, dan Raffa, mengulas tentang Mengatasi Penyakit Diare, Kamis (27/6/2024).
dr. Erny yang bertugas sebagai Dokter Umum Madya dan juga sebagai Dokter Penanggung Jawab Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, menjelaskan ada orang yang setiap hari secara teratur buang air besar 1 sampai 3 kali sehari, tetapi ada pula yang buang air besar 2 sampai 3 hari sekali. Hal ini masih dianggap hal yang wajar. Tetapi menjadi tidak wajar bila buang air besar dengan konsistensi cair dan lebih sering dari biasanya, misalnya 5 kali sehari, maka keadaan seperti ini bisa dikatakan mengalami diare.
Definisi diare adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh terganggunya proses pencernaan yang ditandai buang air besar cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam 1 hari. Terjadinya diare biasanya mendadak dan disertai mulas perut, yang kadang-kadang disertai rasa mual. Diare sebenarnya merupakan mekanisme pembelaan diri (defensif) dari tubuh untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak diinginkan dari tubuh (zat-zat yang dapat meracuni tubuh). Jadi sebenarnya diare tidak perlu pengobatan, tetapi bila diare terjadi sangat sering misalnya buang air lebih dari 10 kali atau lebih atau badan terasa lemas dan timbul rasa haus, keadaan ini memerlukan penanganan medis, juga bila buang air disertai lendir darah, dan/atau disertai mual muntah.
Secara klinis kita mengenal 4 jenis diare, antara lain Diare akut bercampur air, jadi konsistensi tinjanya cair, misalnya pada penyakit kolera. Keadaan ini bisa berlangsung beberapa jam/ hari. Bahaya utamanya adalah dehidrasi (kekurangan ciran), penurunan berat badan jika asupan makanan dan minuman tidak mencukupi. Diare bercampur lendir dan darah, biasanya pada penyakit disentri. Bahaya utamanya adalah kerusakan usus halus, sepsis (infeksi bakteri dalam darah), malnutrisi (kurang gizi) bila keadaan ini berlangsung lama tanpa diobati, serta komplikasi lain misalnya dehidrasi. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama). Bahaya utamanya adalah malnutrisi (kurang gizi), hal ini dikarenakan usus tidak dapat menyerap sari-sari makanan yang dibutuhkan tubuh, dehidrasi (kekurangan cairan) juga dapat terjadi. Diare dengan malnutrisi berat. Bahaya utamanya adalah infeksi sistemik (seluruh tubuh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral.
Pada kasus diare penyerapan air dari isi usus terganggu, karena adanya radang di dinding usus dan peningkatan gerakan usus (peristaltik) yang mengakibatkan pengeluaran tinja dipercepat, sehingga dinding usus tidak ada kesempatan untuk menyerap cairan, akibatnya tinja yang dikeluarkan tetap dalam bentuk cair.
Penyebab diare adalah Keracunan makanan. Bisa karena makanan yang sudah basi, atau salah makan, misalnya keracunan makanan laut, seperti udang, tiram, kerang. Infeksi virus. Penyebab paling sering adalah Rotavirus. Gejalanya adalah buang air besar cair, tidak ada lendir darah, dan berbau asam. Infeksi bakteri. Jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan diare yang lebih berbahaya. Infeksi ini merusak dinding usus, sehingga menimbulkan diare yang biasanya disertai demam. Gejala yang dirasakan pasien adalah diare disertai lendir dan darah, serta sakit perut dan biasanya disertai demam. Diare jenis ini memerlukan antibiotik dalam pengobatannya. Infeksi parasit, biasanya disebabkan oleh cacing. Diare yang disebabkan oleh infeksi parasit ditandai dengan berak darah, berledir, dan sakit perut, terkadang didapati cacing dalam tinjanya. Terapi yang dibutuhkan adalah antiparasit, misalnya obat cacing. Alergi makanan/ minuman. Biasanya disebabkan reaksi hipersensitif (kepekaan yang berlebihan) terhadap lemak atau protein. Sebagai contoh, alergi susu (susu sapi), terutama disebabkan alergi terhadap laktosa (gula susu pada susu sapi). Hal ini disebabkan tidak adanya enzim laktase yang dapat mengurai laktosa tersebut. Traveller’s diarrhea. Diare yang dialami oleh wisatawan. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan perubahan makanan selama berada di negara lain. Penyebabnya adalah bakteri Coli atau virus yang masuk melalui makanan dan minuman. Diare wisatawan biasanya tidak parah dan akan hilang dengan sendirinya. Akibat emosi. diketahui ada beberapa keadaan emosional sebagai penyebab diare, misalnya kegelisahan, ketegangan, kekhawatiran.
“Penanganan pada diare ringan dapat dilakukan perawatan di rumah, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 3-5 hari. Yang terpenting adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasinya dengan memberikan minum lebih banyak dari biasanya,” ujarnya.
Cara mengetahui anak mengalami dehidrasi. Perhatikan produksi air kencingnya. Bila anak jarang kencing atau kencing sedikit. Bila anak menangis tanpa mengeluarkan air mata. Bila anak tampak lesu dan haus terus. Bila anak dicubit (dengan lembut)bagian perutnya, dan kulit lambat kembali ke keadaan normal atau tampak kulit berkerut, Mata cekung, Kaki tangan teraba dingin, dan Anak mengantuk.
Lebih lanjut ditambahkan dr. Erny, begitu beliau disapa mengutarakan pemberian obat antidiare diperbolehkan untuk mengurangi diare dan mempercepat penyembuhan. Tetapi obat antidiare sebaiknya tidak diberikan pada bayi dan anak, yang terpenting adalah pemberian cairan untuk mencegah timbulnya dehidrasi, bisa dengan memberikan oralit atau larutan gula garam. Dalam keadaan darurat kita dapat membuat larutan gula garam yang juga cukup efektif untuk mengatasi dehidrasi (kekurangan cairan). Cara membuat larutan gula garam antara lain 1 sendok makan gula pasir (20 gram) ditambah 1 sendok teh garam (3,5 gram) dilarutkan dengan 1 liter air matang. Diberikan 1 gelas (200 cc) setiap diare.
Obat antidiare yang aman buat ibu hamil adalah Arang aktif (norit). Adalah arang halus yang telah diaktifkan secara khusus. Dalam usus arang aktif ini dapat mengikat racun-racun yang dihasilkan oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan diare. Tetapi arang aktif ini tidak boleh diberikan secara bersamaan dengan obat parasetamol atau asetosal, antibiotik, dan pil antihamil, karena arang aktif ini dapat mengikat obat-obat tersebut, sehingga dapat mengurangi efektivitas obat-obat tersebut. Obat-obatan ini dapat diberikan beberapa jam setelah mengonsumsi arang aktif . Pectin adalah zat karbohidrat yang terdapat di dinding sel semua tumbuhan dan berfungsi sebagai bahan pelekat antar sel. Pectin ini diperoleh dari buah apel dan bagian dalam kulit sejenis buah jeruk. Dalam sedian antidiare berguna sebagai zat pengikat racun.
Bila bayi diare dan bayi diberi ASI, maka ASI tetap diberikan, tetapi bila bayi diberi susu formula maka sebaiknya dihentikan sebagai gantinya bayi boleh diberi larutan gula garam atau oralit, selain itu juga dapat diberi air tajin. Ada 3 golongan susu khusus untuk diare, yaitu Formula susu sapi rendah laktosa. Misalnya LLM dan Almiron, Formula susu sapi bebas laktosa. Misalnya Bebelac FL dan Pregetismil, dan Formula susu kedelai. Misalnya Nursoy, Nutrisoya, Prosobee.
Anak dibawa ke rumah sakit bila mengalami diare. Bila anak tidak mau minum dan tetap diare dan/atau disertai muntah. Anak dengan diare yang sering (8-10 kali) atau 2-3 kli diare dalam jumlah yang banyak, atau diare sedikit-sedikit tapi lebih dari 10 hari. Anak muntah terus-menerus dan tidak bisa menerima asupan cairan. Anak dengan gejala dehidrasi. Anak diare disertai demam Anak diare disertai nyeri perut hebat. Orang tua khawatir dengan alasan apapun
“Mencegah terjadinya diare dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, mencuci peralatan makan dengan benar, misalnya menggunakan sabun dan air bersih, mencuci tangan setelah buang air atau mengganti popok bayi, memperhatikan tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya memberikan ASI eksklusif pada bayi. Keuntungan ASI eksklusif (pemberian ASI selama 6 bulan pertama) bagi bayi, antara lain, bayi yang diberi susu eksklusif lebih jarang mengalami diare dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI, dan memberikan ASI juga melindungi bayi dari risiko alergi dan infeksi lain, seperti radang paru (pneumonia),” akhir kata beliau menutup bincang-bincang kesehatan di radio. (PromkesRSUDKps)
Narasumber : dr. Erny Indrawati
Editor/ Adminkes : Popo Subroto, SKM, M.I.Kom