World Hypertension Day (WHD) atau Hari Hipertensi Sedunia Tahun 2022

KUALA KAPUAS – Dalam rangka memperingati Hari Hipertensi Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 Mei, RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo memberikan kontribusi dalam memberikan informasi kesehatan terkait penyakit Hipertensi. Hal ini dijelaskan oleh dr. Erny Indrawati selaku Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas di Jalan Tambun Bungai No.16.

Peringatan ini bertujuan supaya dunia lebih peduli terhadap penyakit hipertensi atau dalam bahasa Indonesia disebut Tekanan Darah Tinggi, yang sampai saat ini merupakan salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai Epidemi di seluruh dunia.

Sejarah Hari Hipertensi Sedunia diprakarsai oleh The World Hypertension League (WHL) beserta 85 negara sebagai anggotanya. Yang bertujuan untuk mengomunikasikan kepada masyarakat pentingnya mengenal penyakit hipertensi dan dampaknya, serta memberitahukan komplikasi medis serius akibat hipertensi, dan informasi tentang pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan.

WHL meluncurkan Hari Hipertensi Sedunia (WHD) pertama kali pada tanggal 14 Mei 2005, tetpi sejak tahun 2006, selanjutnya WHL mendedikasikan 17 Mei setiap tahunnya sebagai tanggal peringatan Hari Hipertensi Sedunia (WHD).

Tema peringatan Hari Hipertensi Sedunia tahun 2022 (17 Mei 2022) adalah “MEASURE YOUR BLOOD PRESURE, CONTROL IT, LIVE LONGER” yang artinya “ UKUR TEKANAN DARAH ANDA, KENDALIKAN, untuk HIDUP LEBIH LAMA”. Tema ini mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengendalikan tekanan darah yang tinggi (hipertensi), tindakan ini dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Masyarakat dihimbau untuk rutin mengukur tekanan darahnya minimal satu kali sebulan secara mandiri atau mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau POSBINDU-PTM (Pos Binaan TerpaduPenyakit Tidak Menular) terdekat.

dr. Erny Indrawati

Tema tersebut diambil mengingat prevalensi penyakit hipertensi di seluruh dunia juga di Indonesia semakin meningkat. Oleh karena itu kesadaran terhadap hipertensi tetap menjadi issue global yang penting dan memerlukan keterlibatan semua pihak.

Tahun 2019, Medscape mencatat sekitar 26% populasi duni (972 juta orang) menderita hipertensi, dan prevalensinya diperkirakan akan meningkat menjadi 29% pada tahun 2025, hal ini disebabkan adanya peningkatan faktor ekonomi di negara-negara berkembang. Tingginya prevalensi hipertensi menimbulkan beban kesehatan bagi masyarakat dan negara.

Tahun 2018, menurut survey yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan, pada sampel 68.846 orang dengan rentang usia rata-rata 45 tahun, ditemukan 30,8% orang dengan hipertensi. Dari kelompok hipertensi tersebut hanya 47,6% yang menyadari menderita hipertensi, sisanya (52,4%) tidak menyadari bahwa mengidap hipertensi.  Dan dari kelompok hipertensi tersebut hanya 47,4% yang mengonsumsi obat anti hipertensi. Survei juga menunjukkan target pengobatan tidak tercapai pada 10.106 pasien (78%). Sehingga dengan kondisi seperti  ini maka tidak heran bila angka kejadian stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal masih tinggi di Indonesia.

Mengenal Penyakit Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah yaitu lebih atau sama dengan 140/90. Kondisi ini sering tanpa gejala, sehingga penyakit ini sering disebut “The Silent Killer”, artinya penyakit ini dapat menyebabkan kematian tanpa ada peringatan, tanda, dan gejala.

Meskipun seringkali hipertensi tidak memberi gejala, tetapi “kabar baik”nya kita dapat mengontrolnya. Jika kita tahu dan dapat mengontrol hipertensi kita, maka kita dapat menurunkan risiko stroke sampai 40% dan risiko serangan jantung sampai 25%.

Dikutip dari Mayo clinic, ada sejumlah faktor yang bisa memicu tekanan darah tinggi di dalam tubuh, antara lain :

  1. Usia : risiko tekanan darah tinggi meningkat seiring bertambahnya usia.
  2. Riwayat keluarga : hipertensi juga cenderung diturunkan dalam keluarga.
  3. Obesitas : seseorang berisiko mengalami hipertensi jika memiliki kelebihan berat badan atau obesitas. Jika tubuh semakin berat, semakin banyak juga darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh.

Saat jumlah aliran darah melalui pembuluh darah meningkat, hal ini juga akan meningkatkan tekanan pada dinding arteri.

  • Kurang aktivitas : orang yang kurang aktif secara fisik cenderung memiliki detak jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi detak jantung, maka kerja jantung semakin keras .
  • Merokok. Kebiasaan merokok bisa meningkatkan tekanan darah dan merusak dinding arteri. Hal ini menyebabkan arteri menyempit dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
  • Terlalu banyak mengonsumsi garam. Konsumsi makanan yang tinggi garam (natrium) bisa menyebabkan tubuh menahan cairan yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah.
  • Terlalu sedikit mengonsumsi potassium. Potassium dapat membantu menyeimbangkan jumlah natrium dalam sel tubuh. Keseimbangan potassium (Kalium) sangat penting untuk kesehatan jantung.

Jika kadar potassium (Kalium) sangat sedikit maka kadar natrium akan meningkat dalam darah sehingga dapat menyebabkan penimbunan cairan dalam sel sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.

  • Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat memicu hipertensi. Kebiasaan yang berhubungan dengan stres seperti, makan terlalu banyak, merokok, minum alcohol, bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah
  • Kondisi kesehatan tertentu. Penyakit-penyakit kronis, misalnya diabetes, penyakit ginjal, juga sleep apnea dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Terkadang, kehamilan juga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah.

Dari risiko-risiko diatas, ada beberapa risiko yang tidak dapat dihindari, misalnya faktor usia, faktor genetik atau keturunan. Tetapi ada banyak faktor risiko yang dapat dihindari atau dicegah, misalnya faktor kebiasaan dan gaya hidup (kurang beraktivitas, minum alkohol, makan makanan tinggi garam, obesitas, stres yang tinggi).

Bilamana seseorang dinyatakan menderita hipertensi ?

Untuk menyatakan seseorang menderita hipertensi kita perlu mengetahui Klasifikasi Tekanan Darah. Yaitu :

  • Tekanan darah normal : < 130 / 85 mmHg
  • Tekanan darah normal tinggi : 130-139 / 85-89
  • Tekanan darah tinggi/ hipertensi ringan : 140-159 / 90-99
  • Tekanan darah tinggi / hipertensi sedang : 160-179 / 100-109
  • Tekanan darah tinggi / hipertensi berat : 180-209 / 110-119
  • Tekanan darah tinggi / hipertensi maligna : > 210 / > 120

Walaupun penyakit hipertensi sering tidak memberi tanda dan gejala, tetapi pada beberapa orang sering merasakan tanda dan gejala, antara lain : sakit kepala, pusing, rasa berat di tengkuk, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sulit tidur, kelelahan.

Komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi adalah : serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, bahkan kematian. Karena komplikasi yang terjadi akibat hipertensi sangat menakutkan maka tindakan pencegahan menjadi sangat penting. Salah satu tindakan pencegahan adalah dengan melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur ! Disamping mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, misalnya, berhenti merokok, berhenti minum alkohol, menjaga berat badan dalam batas normal, istirahat cukup, mengurangi asupan garam dan lemak, dan menghindari stres yang berlebihan. Serta pemberian obat-obatan anti hipertensi.

Pengukuran Tekanan Darah

Perihal pengukuran tekanan darah, dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dan dapat juga dilakukan secara mandiri di rumah, yang disebut Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR) atau Home Blood Presure Monitoring (HBPM). Dengan pengukuran yang benar dan akurat akan didapatkan hasil yang tepat. PTDR dapat membantu mendeteksi hipertensi jas putih (White Coat Hypertension), yaitu peningkatan tekanan darah saat diukur di RS atau fasilitas kesehatan, namun saat dilakukan pengukuran di rumah, didapatkan tekanan darah normal. PTDR juga dapat digunakan untuk memonitor hasil pengobatan, hal ini membuat pasien lebih patuh dalam berobat.

Perubahan Gaya Hidup

Perihal perubahan gaya hidup, akan lebih mudah menyarankan perubahan gaya hidup sehat pada usia dini dibandingkan saat dewasa, sehingga orang tua dan guru memegang peranan penting dalam menanamkan pola hidup sehat pada anak-anak yang akan terus diingat dalam memorinya hingga mereka dewasa.

Penulis: dr. Erny Indrawati