Evaluasi penanganan COVID-19 di Kapuas

Peserta rapat evaluasi penanganan COVID-19 di Kapuas

Pada hari Jum’at, 5 Juni 2020 bertempat di aula RS dilaksanakan evaluasi penanganan pasien COVID-19 di Kabupaten Kapuas. Kegiatan ini dihadiri oleh Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas (dr. Tri Setyautami, MPHM), Direktur RS (dr. Agus Waluyo, MM), Ketua IDI Cabang Kapuas (dr. Ahmad Haspiani, M.MKes), Sekretaris IDI Cabang Kapuas (dr. Ryan Feizal), dr. Daya Daryadijaya, Sp.PD, Kepala Bidang Pelayanan Medik RS (dr. Jum’atil Fajar, MHlthSc), Kepala Bidang Keperawatan RS (Hikmayanti, S.Kep, Ns, MM), Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes (Pandit, SKM, MM), Ketua Tim COVID-19 RS (Solestyanto, S.Kep, MM), Kepala Seksi Kesehatan Dasar (Eka Pristalita), Kepala Seksi Kesehatan Rujukan (Evri).

Dalam evaluasi ini dr. Daya Daryadijaya, Sp.PD menyampaikan bahwa untuk menilai hasil pengobatan pasien harus melihat aspek virus, aspek pasien, aspek kondisi, aspek terapi. Virus di Kapuas nampaknya mirip dengan virus di Banjarmasin dari aspek virulensinya. Pasien yang datang ke rumah sakit sudah memiliki penyakit penyerta dan disertai dengan kondisi yang buruk. Saat ini terapi dengan hydrochloroquin sudah dihentikan.

Menurut ketua Tim COVID-19 RS, Solestyanto, saat ini ada 4 ruangan yang digunakan untuk pasien COVID-19:

  • Ruangan Dahlia
  • Ruangan Cempaka
  • Ruangan Perinatologi
  • Ruangan Tanjung

Saat ini Sisrute sudah berjalan. Rujukan ke Doris kesulitan untuk tenaga supir karena dengan ditutupnya ruang operasi karena petugasnya sedang menjalani karantina, maka banyak pasien kebidanan dan bedah yang dirujuk.

Pengusulan HEPA Filter untuk ruangan isolasi sudah diajukan namun belum terealisasi. Selain itu juga sudah diusulkan Mobile X-ray agar tidak terlalu lama menunggu sterilisasi ruangan radiologi.

Saat ini terjadi penurunan pendapatan rumah sakit sejak terjadinya pandemi ini. Pendapatan rumah sakit yang biasanya bisa mencapai 4 milyar, pada bulan April 2020 klaim RS hanya 1,8 milyar.

Rujukan ke Doris akan terus dilakukan untuk pasien PDP dengan gejala berat. Rujukan tersebut dilakukan melalui Sisrute, sehingga bila terjadi penolakan dari Doris dapat tercatat.

Ketua IDI Cabang Kapuas, dr. Ahmad Haspiani, M.MKes menyampaikan bahwa IDI sudah melakukan persiapan tenaga dokter sebagai relawan di rumah karantina. Beliau menyarankan bila NSD ingin dijadikan sebagai tempat perawatan pasien dengan gejala ringan, maka perlu dipikirkan adanya petugas yang permanen, tidak bergantian.

Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan, dr. Tri Setyautami, MPHM menyampaikan tentang perlunya perbaikan usulan rumah sakit. Untuk NSD diusahakan bisa menyediakan “nurse station” sehingga pasien yang perlu tindakan bisa di karantina disana. Struktur penanggung jawab di NSD akan diperbaiki.

Tinggalkan Balasan